Skip to main content

Posts

Untuk seseorang yang belum sempat kutemui

Maaf pasti tidak bisa menebus semua ini. Tapi sungguh, saya terlanjur menyanyangi kamu nak. Sudah saya siapkan panggilan “mama” adalah yang paling tepat untuk kita. Sudah mama siapkan daftar nama-nama indah untuk kamu. Lengkap beserta nama panggilannya.   Seumur hidup, saya tidak pernah sekalipun menggendong bayi. Tapi saya sudah mencoba belajar.  Sambil membayangkan betapa bahagianya kita nanti. Sungguh tidak sabar. Mungkin bagi orang lain ini berlebihan.  Tapi tidak.  Kamu adalah anak pertama yang dinantikan banyak orang. Pasti kamu sangat disayang nantinya.  Bahkan belum lahir pun, semua orang menyanyangi kamu lewat mama.  Tapi ternyata Allah tak takdirkan kamu di lahirkan sesuai waktunya. Dan saya memang belum pantas untuk dipanggil mama. Aku selalu merindukan kamu meskipun kita belum pernah bertemu. … Pertama kali dalam hidup, saya merasakan sakit itu. Sakit sekali. Saya    tidak sanggup menahan rasa sakit di tubuh sekaligus di hati ini. Rasa...

Tidak ada judulnya

Masih lamban otak ku mencerna. Tapi hatiku sudah sangat jatuh kedalamnya. Rasanya sebagai manusia aku makin menjadi lemah. Ingin ku berlagak congkak mencibir pada kawanku. Tahukah kamu kawan rasanya disayang? Sungguh kamu tak kan mengerti. Karena hanya aku yang paling bahagia disini. Aku tidak pernah lagi melihat bintang bertaburan di langit. Aku tidak pernah lagi melihat matahari terbit. Kupikir hanya gambaran di buku dongeng. Ditertawakan polusi jika mengkhayalkannya. Tapi aku ingin melihatnya jika bersama mu. Jadi kapan kita ke pantai? Sedikit kaget. Tapi aku bersyukur. Bukan karena merasa dicintai. Tapi dihargai. Aku ingin menjadi rumahmu. Tidak papa sederhana. Tapi tidurmu menjadi yang paling nyenyak disana.

Siapa dia tulus?

Mengajar adalah panggilan jiwa. Tapi hanya untuk jiwa-jiwa yang penyanyang lagi bertanggungjawab Bekerja bukan tentang kewajiban untuk rumahnya Tapi juga tentang agar ilmunya tak berhenti padanya. Apakah dia marah jika kami salah mengira? Apakah dia lelah jika telinga kami tidak padanya? Apakah dia bosan memberi tahu hal yang sama berulang-ulang? Tentu saja tidak. Sebab hati mereka terlalu luas. Anak-anak nya tak perlu nilai 100 Begitu pula dengan anaknya di kelas Yang dia ingin anaknya paham Hingga terapkan Bukan hanya berpuas diri dengan huruf A cantik di kertas Dia seperti berkata jangan percaya aku begitu saja Ayo kritisi aku. Ayo debati aku Tapi kenapa saat di lontarkan kesempatan Anaknya takut berbicara Hmm... Bukan karena takut.  Sejatinya aku pun tak tahu apa yang sedang dia bicarakan. Aku tertawa miris.  Meratapi diri ini yang tak tau terimakasih tapi berlagak berpuas diri Dia geregetan bukan karena kami tak bisa jawab pertanyaanya. Tapi, jika kami biarkan buku berdeb...

Where?

“It is difficult to find happiness within oneself, but it is impossible to find it anywhere else.” ―  Arthur Schopenhauer  

Titik Tertinggi Bahagia

Saya penasaran mengenai konsep bahagia seutuhanya itu seperti apa. Sebelum memikirkannya saya coba mencari tahu pada fitur pencarian internet dan tertuju pada laman KBBI. Bahagia menurut KBBI adalah ba·ha·gia 1 n keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dari segala yang menyusahkan) "Keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dari segala yang menyusahkan)" Celakalah bagi saya jika arti bahagia adalah seperti ini. Sudah dapat dipastikan saya tidak akan pernah bahagia. Saya putuskan untuk mencari konsep lain dari bahagia. Saya pikir salah satu bahagia dapat diwujudkan dalam bentuk seseorang yang datang. Ada saat dimana saya merasa tidak berguna, ada seseorang yang masih menaruh kepercayaan bahwa saya tak sehina itu. Ada saat dimana saya tidak percaya diri dari ujung kaki sampai kepala, ada seseorang yang ingatkan bahwa berubah itu adalah usaha hasil yang baik adalah bonus. Ada saat dimana saya tak pantas untuk bermimpi, ada seseorang yang pastikan bahwa masa depan...

Sumbawa

Runtuh

217 menuju 366. Mungkin waktu yang tepat untuk meratapi. Resapi gagal tiap gagal. Masuk terus masuk. Selamat datang di dunia baru, yang mereka sebut menjadi dewasa. Ku pikir ini akan menjadi indah, rupanya kepala ini terlalu besar mengira. Hidup seperti diatas sampan, tapi tak pandai mengayuh. Bukan hanya tak pandai, bahkan kayuh pun aku tak punya. Mengayuh dengan tangan. Pelan sekali. Letih sekali. Ku kira aku tak punya kayuh itu. Dunia memang tempatnya tidak adil. Atau aku yang tidak adil. Lupa berterimakasih saat dunia sedang baik-baiknya. Mulai hari ini jangan sering-sering salahkan semesta. Dia sudah bekerja semestinya. Yang punya mimpi bukan hanya diri ini. Ada yang lari. Ada yang jalan. Ada yang diam sebentar. Ada yang saling sikut, tapi saling senyum. 8564 menuju yang tidak diketahui. Sungguh aku pun penasaran di 10.000 atau 20.000 Aku akan seperti apa dan sedang dengan siapa. Tapi harusnya kau tahu, 247 ini adalah apa yang kan dipetik nanti. Biasakan tanpa alas kaki. Biasakan ...