217 menuju 366.
Mungkin waktu yang tepat untuk meratapi.
Resapi gagal tiap gagal.
Masuk terus masuk.
Selamat datang di dunia baru,
yang mereka sebut menjadi dewasa.
Ku pikir ini akan menjadi indah,
rupanya kepala ini terlalu besar mengira.
Hidup seperti diatas sampan,
tapi tak pandai mengayuh.
Bukan hanya tak pandai,
bahkan kayuh pun aku tak punya.
Mengayuh dengan tangan.
Pelan sekali.
Letih sekali.
Ku kira aku tak punya kayuh itu.
Dunia memang tempatnya tidak adil.
Atau aku yang tidak adil.
Lupa berterimakasih saat dunia sedang baik-baiknya.
Mulai hari ini jangan sering-sering salahkan semesta.
Dia sudah bekerja semestinya.
Yang punya mimpi bukan hanya diri ini.
Ada yang lari.
Ada yang jalan.
Ada yang diam sebentar.
Ada yang saling sikut,
tapi saling senyum.
8564 menuju yang tidak diketahui.
Sungguh aku pun penasaran di 10.000 atau 20.000
Aku akan seperti apa dan sedang dengan siapa.
Tapi harusnya kau tahu,
247 ini adalah apa yang kan dipetik nanti.
Biasakan tanpa alas kaki.
Biasakan kehilangan pundak.
Selalu berdoa,
semoga hariku akan selalu bernama esok.
Tanpa gelisah disambut seperti apa.
Terlalu sibuk menghitung waktu.
Pada akhirnya ini semua,
hanyalah tentang mencapai tujuan semua manusia.
Mati.
Comments
Post a Comment