Sewaktu masih kecil saya sering
menangis.
Saat saya terjatuh dari berlari.
Saat saya tidak dibelikan mainan.
Saat berkelahi dengan kakak saya
untuk hal-hal yang tidak penting.
Maupun saat ditinggal ayah atau ibu
saya pergi bekerja.
Saya selalu diingatkan untuk jangan
menangis.
Air mata saya pun dihapus.
Menangis itu cengeng.
Menangis itu memalukan.
Dan yang paling saya ingat.
Menangis itu tidak menyelesaikan
masalah.
Begitulah aturan mainnya.
Semakin tinggi usia.
Saya jarang sekali menangis.
Untuk apapun.
Beberapa waktu yang lalu saya baru
menyadari.
Saat mendapatkan masalah diluar
kendali saya.
Berat sekali.
Saya pun linglung.
Saya sanggup menahan air mata
berbulan-bulan lamanya.
Sampai akhirnya saya tahu.
Bahwa menjadi manusia sempurna itu
tidak mungkin.
Bahwa menjadi manusia tanpa masalah
itu mustahil.
Akhirnya air mata pun jatuh dari
tampunganya.
Dia sudah tidak sanggup.
Benar memang air mata itu tidak
menyelesaikan masalah.
Tapi,
air mata dari seseorang yang bukan
anak-anak lagi, tidaklah cengeng dan memalukan.
Melainkan sebuah pengakuan untuk menuju dewasa.
Comments
Post a Comment